STRESSOR DAN MEKANISME KOPING PADA LANJUT USIA

STRESSOR DAN MEKANISME KOPING PADA LANJUT USIA

Rabu, 23 November 2011

flu burung


  1. PENDAHULUAN
            Penyakit flu burung dikenal pada 1997 di Hongkong, mulai menyebar dan menular secara global atau secara luas melalui peternakan. Penyebaran tersebut berawal dari unggas-unggas kemudian menyebar atau menular ke manusia secara cepat melalui kotoran, udara dan sebagainya. Virus flu burung bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penyakit tersebut harus diwaspadai (Cucunawangsih, 2006:1--2).
            Flu burung telah menjadi ancaman yang berbahaya, di Indonesia pada Juni 2007 angka kematian sebasar delapan puluh persen. Telah tercatat adanya seratus orang terkena flu burung dan delapan puluh di antaranya meninggal dunia (Saputra, 2008:9).  
            Pada penulisan ini akan membahas tentang penularan virus flu burung serta orang yang berisiko tinggi tertular virus ini. Adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk membantu masyarakat memahami secara lebih rinci tentang penularan serta orang yang berisiko tertular virus flu burung.
Penyakit flu burung merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, bebek, burung, angsa, kalkun, atau unggas sejenis. Penyakit flu burung adalah penyakit pada hewan. Tetapi dalam perkembangannya virus ini mengalami perubahan pada struktur jenisnya yang mengakibatkan virus ini dapat ditularkan kepada manusia (Cucunawangsih, 2006:2--3).
Flu burung atau influenza burung adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan penyakit pada spesies unggas. Sedangkan H5N1 adalah virus yang telah terbukti mematikan bagi unggas dan telah menginfeksi beberapa orang. H5N1 adalah nama ilmiah untuk virus flu burung dan mengindikasikan subtipe virusnya. H adalah singkatan dari hemaglutinin, yaitu suatu protein yang membantu virusnya menempel pada suatu sel. N adalah singkatan dari neuraminidase yaitu suatu protein yang virusnya meninggalkan sel inang dan pindah untuk menginfeksi sel lainnya (Saputra, 2008:249).
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu: cara penularan dan orang yang berisiko tertular virus flu burung.
Selanjutnya, tujuan makalah ini, yaitu: utuk mengetahui cara penularan dan orang yang berisiko tertular virus flu burung sehimgga diharapakan para pembaca dan penulis dapat menghindari virus ini.
Sementara itu, makalah ini dapat bemanfaat bagi para pembaca dan penulis. Adapun manfaatnya, yaitu: dapat mengetahui cara penularan dan orang yang berisiko tertular virus flu burung.




  1. CARA  PENULARAN FLU BURUNG
I.                   Penularan Virus Flu Burung
Menurut Cucunawangsih (2006:8) penting  kiranya mengetahui sifat-sifat virus flu burung karena dengan demikian dapat diketahui cara virus H5N1 ditularakn. Sifat-sifat virus flu burung antara lain:
  1. Mudah berubah bentuk dan bermutasi
  2. Bertahan hidup di dalam air sampai empat hari pada suhu 220C dan lebih dari tiga puluh hari pada suhu 00C.
  3. Bertahan hidup lebih lama di dalam tinja atau tubuh unggas yang sakit.
  4. Mati pada pemanasan 800C selama satu menit atau dengan suhu 600C selama tiga puluh menit dan pada suhu 560C selama tiga jam.
  5. Mati dengan detergen, disinfektan (seperti formalin), cairan yang mengandung iodin (seperti betadine) serta natrium kalium hipoklorit (pemutih baju).
 Yuliarti (2006:18) mengatakan bahwa penularan flu burung dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung yaitu penularan yang berkontak langsung antara hewan penderita flu burung dengan hewan lain maupun dengan manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli, sampai saat ini tidak ada bukti kuat yang mengarah adanya penularan dari manusia ke manusia.
Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui udara yang tercemar material atau debu yang mengandung virus Avian Influenza, makanan, minuman, alat atau perlengkapan peternakan, kandang, kurungan, ayam, pakaian, kendaraan, peti telur yang tercemar virus flu burung, dan semua barang yang pernah mengalami kontak dengan penderita. Oleh karena itu, alat-alat yang berhubungan dengan penderita flu burung harus didisinfeksi (Yuliarti, 2006:18--19).
Media lain untuk menularkan penyakit flu burung adalah lingkungan sekitar. Bila di sekitar kandang ternak unggas, atau burung peliharaan yang tiba-tiba mati, harus diperhatikan. Jika unggas terjangkit virus H5N1, bisa dipastikan bahwa udara sekitar mengandung virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar kotoran ternak unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik (bdk http://fluburung.org/cara-cara-penularan-flu-burung.asp).
Virus flu burung mempunyai amplop, sehingga relatif sensitif bila terkena zat kimia yang mengandung lipid, seperti deterjen. Virus akan rusak oleh formalin, asam encer, panas, PH yang terlalu tinggi, dan kekeringan, sehingga bahan-bahan kimia tadi bisa digunakan untuk melakukan disinfeksi kandang maupun peralatan peternakan yang telah terkontaminasi virus flu burung. Virus dapat ditemukan pada kerabang telur dan bagian dalam telur ayam, waspadai pula lalat kandang, lalat rumah, dan  kecoa (Yuliarti, 2006:19).

Yuliarti (2006:20--22) mengatakan bahwa dengan adanya penularan flu burung. Hal yang harus diwaspadai antara lain:
  1. Memeriksakan kesehatan unggas liar seperti itik, angsa, dan burung peliharaan seperta jalak, merpati, perkutut, nuri, dan kakaktua karena kadang-kadang mereka tidak menunjukkan gejala klinis bila terserang penyakit.
  2. Jangan memelihara unggas yang pernah terserang flu burung karena masih dapat menularkan penyakit dalam waktu lama sebab tubuhnya masih mengandung  virus flu burung.
  3. Beternak dengan mencampur berbagai hewan tidak dianjurkan. Kontak langsung antara itik, babi, dan ikan yang dipelihara pada lokasi yang sama dapat menimbulkan strain baru virus influenza.
  4. Harus selalu melakukan prosedur higienis saat melakukan kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita atau yang diduga terkena flu burung, baik hewan maupun manusia.
  5. Lakukan biosekuriti ketat dan usahakan selalu menjaga kebersihan kandang dengan melakukan deinfeksi secara teratur pada semua peralatan kandang, kandang dan sekitarnya.




  1. Penularan Antarunggas
Penyakit flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi virus (Cucunawangsih, 2006:12).      
Beberapa penyebab terjadinya penularan flu burung antarunggas yaitu :
  1. Melalui kotoran unggas.
  2. Melalui lendir yang keluar dari hidung dan mata.
  3. Melalui sepatu atau pakaian yang tercemari virus.
  4.  Melalui air yang tercemar.
  5.  Melalui penjualan dan lalu lintas unggas.
  6. Melalui burung-burung liar

  1. Penularan dari Unggas ke Manusia
Flu burung bukan hanya menyerang unggas melainkan juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, kucing, dan musang. Namun pola penularan dari hewan ke manusia tidak berubah, yakni virus flu burung hanya dapat menular ke manusia melalui unggas saja tidak melalui hewan lainnya. Hingga saat ini tidak ditemukan satu pun kasus yang menunjukkan bahwa hewan selain unggas dapat menularkan virus flu burung ke manusia. Penularan tersebut dapat terjadi melalui telur (bdk http://bowoblog.wordpress.com/2009/05/27/penularan-flu-burung/).
Cucunawangsih (2006:13--14) mengatakan penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas yang mengandung virus H5N1. Unggas yang dipelihara dilepas atau tidak dimasukkan dalam kandang, bahkan terkadang menyatu dengan rumah dan tempat anak-anak bermain. Kondisi ini sangat mungkin terjadi penularan dari unggas ke manusia, karena di dalam kotoran unggas yang sakit terkandung banyak  virus H5N1.

  1. Penularan Antarmanusia
Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan tetapi, penularan lewat manusia merupakan media yang sangat tidak efektif. Virus H5N1 berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat efektif ditularkan lewat manusia (bdk http://fluburung.org/cara-cara-penularan-flu-burung.asp).
Hingga saat ini tidak ditemukan kasus yang menunjukkan bahwa flu burung dapat menular antar manusia. Namun demikian kewaspadaan tetap diperlukan. Penggunaan masker pada saat merawat pasien yang terinfeksi flu burung merupakan prosedur standar yang tidak bisa diabaikan. Tindakan berjaga-jaga merupakan suatu tindakan yang bijak (bdk http://bowoblog.wordpress.com/2009/05/27/penularan-flu-burung/).
 Saputra (2008:251) mengatakan bahwa semua kasus pada manusia yang terkena virus flu burung sejauh ini adalah penularan dari burung kepada manusia. Ada laporan penularan dari manusia ke manusia di beberapa negara Asia, namun semua itu belum dikonfirmasikan. Akan tetapi, sebagian besar pakar menganggap bahwa virus akan bermutasi sehingga menjadi infeksi yang bisa dengan mudah menular antar sesama manusia dalam waktu dua tahun mendatang.
Menurut Cucunawangsih (2006:16) penularan ini mungkin terjadi meskipun tidak efisien, karena semua virus influenza mempunyai kemampuan untuk berubah-ubah secara genetik. Penularan virus influenza A (H5N1) antarmanusia ditandai dengan terinfeksinya orang-orang dalam satu kelompok, seperti tinggal dalam satu keluarga/rumah melalui kontak yang sangat dekat, seperti ibu ke      anak yang tidak melakukan tindakan pencegahan yang semestinya. Penularan yang terjadi dalam lingkungan satu kelas atau satu kantor disebut  cluster.

  1. Penularan dari Lingkungan ke Manusia
Media lain untuk menularkan penyakit flu burung adalah lingkungan sekitar. Penularan terjadi karena udara dan peralatan yang terkontaminasi oleh kotoran unggas yang terinfeksi virus H5N1. Kotoran unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik (bdk http://fluburung.org/cara-cara-penularan-flu-burung.asp).
Secara teoritis, model penularan dapat terjadi karena ketahanan virus H5N1 di alam atau lingkungan. Penularan terjadi karena air yang terkontaminasi masuk ke dalam mulut selama berenang (di danau atau sungai) atau melalui penularan langsung ke mata atau lubang hidung akibat terpapar air yang terkontaminasi oleh kotoran unggas yang terinfeksi virus H5N1. Kotoran unggas, biasanya kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor risiko penyebaran flu burung (Cucunawangsih, 2006:17).
  1. Penularan ke Mamalia Lain
Menurut Cucunawangsih (2006:18) virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara langsung pada beberapa mamalia yang berbeda yaitu babi, kuda, mamalia yang hidup di laut, familia felidae (singa, harimau, kucing) serta musang. Menurut penelitian yang telah dilakukan, babi tidak berperan penting pada wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 di Asia.

II.                Orang yang Berisiko Tinggi Tertular Flu Burung
Menurut Yuliarti (2006:23) orang yang berisiko tinggi tertular virus flu burung adalah:
  1. Orang yang bekerja di laboratorium untuk memeriksa sampel hewan yang diduga menderita penyakit flu burung atau melakukan penelitian tentang flu burung.
  2. Pekerja kebun binatang yang langsung menangani binatang terutama unggas.
  3. Pemilik unggas dan keluarga atau pegawainya yang bertugas mengurus unggas.
  4. Penjual unggas dan orang yang bekerja di pasar burung.
  5. Tukang masak yang bertugas mengolah unggas yang masih mentah.
  6. Orang yang bekerja menangani produk yang yang dikeluarkan dari peternakan seperti orang yang mengolah kotoran unggas, bulu, dan darah untuk dijadikan pupuk.
  7. Pegawai perkebunan yang menggunakan pupuk dari sisa peternakan unggas.
Menurut Cucunawangsih (2006:14--15) aktivitas yang termasuk dalam paparan tinggi berisiko tertular flu burung adalah:
  1. Pekerja di peternakan unggas seperti anak kandang, dokter hewan, mantri hewan, maupun petugas kesehatan hewan lain yang sering melakukan kontak dengan unggas.
  2. Semua orang yang pernah berkontak langsung dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung.
  3. Pekerja pemotong unggas.
  4. Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung.
  5. Orang yang tinggal di lingkungan sekitar dalam 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung.






III.             KESIMPULAN
Virus flu burung merupakan virus pada hewan yang sangat berbahaya. Virus mengalami perubahan pada stuktur genetisnya yang mengakibatkan virus ini dapat tertular kepada manusia. Penularan flu burung dapat terjadi secara langsung yaitu dengan berkontak langsung antara hewan yang penderita flu burung sedangkan penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui udara atau debu yang mengandung virus. Oleh karena itu kita harus waspada, virus ini dapat menyebabkan kematian.











DAFTAR PUSTAKA
Cucunawangsih. 2006. Flu Burung. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Saputra, Lyndon. 2008. Flu Burung. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Yuliarti, Nurheti. 2006. Menyikap Rahasia Penyakit Flu Burung. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sumber lain:
http://bowoblog.wordpress.com/2009/05/27/penularan-flu-burung/ Diakses Kamis, 6 Januari 2011 Pukul  09.19 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar